Beranda | Artikel
Silsilah Fiqih Pendidikan Anak No108: Metode Pembelajaran Anak di Rumah Bagian 2
Senin, 17 Oktober 2022

Dengan mengetahui metode pembelajaran yang baik, diharapkan proses pendidikan akan berlangsung setiap waktu, tanpa anak merasa terus digurui dan orang tua tidak merasa terbebani. Di antara metode tersebut:

Kedua: Bimbingan dan Nasehat

Bimbing dan nasehati anak dengan penuh kasih sayang.

Sebab jiwa anak akan terpengaruh dengan kata-kata yang disampaikan kepadanya, apalagi jika kata-kata itu dihiasi dengan keindahan, kelembutan dan kasih sayang.

Nasehat yang baik termasuk sarana yang menghubungkan jiwa seseorang dengan cepat. Apalagi nasehat yang kita ucapkan tulus dari dasar hati kita yang paling dalam. Niscaya akan memberikan pengaruh yang langsung menghunjam di hati anak.

Muhammad bin Wâsi’ (w. 127 H) menasehatkan, “Sesungguhnya, suatu nasehat jika keluar dari hati; maka akan masuk menembus hati pula”.

Pandai-pandailah memanfaatkan kesempatan untuk menasehati anak dan membimbing mereka kepada sesuatu yang mendatangkan kebaikan di dunia dan akhirat.

Agar nasehat membawa perbaikan, perhatikanlah hal-hal berikut ini:

  • Ulang-ulangilah nasehat. Karena tabiat manusia adalah mudah lupa. Namun jangan terlalu berlebihan, yang mengakibatkan anak bosan.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu menuturkan,

وَإِنِّي أُخَوِّلُكُمْ بِالْمَوْعِظَةِ كَمَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِهَا مَخَافَةَ السَآمَةِ عَلَيْنَا“.

“Sengaja aku tidak saban hari memberi wejangan kepada kalian, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dulu tidak saban hari memberi wejangan kepada kami. Karena beliau khawatir kami menjadi bosan”. HR. Bukhari dan Muslim.

  • Pilihlah waktu yang tepat, yaitu saat kondisi kejiwaan anak kondusif. Hindari menyampaikan nasehat di saat Anda marah atau ketika anak sedang marah. Sebab jika menasehati anak ketika Anda sedang marah, niscaya nasehat itu akan cenderung didorong oleh kemarahan. Amarah juga kan mendorong Anda mengucapkan kata-kata kasar. Jika demikian, anak cenderung menolaknya.

Sebaliknya, ketika anak sedang marah, jiwa dia saat itu sedang tidak stabil. Jiwanya sedang tidak siap menerima kata-kata yang disampaikan kepadanya, apalagi yang berbau nasehat.

  • Pergunakan kata-kata yang mudahdan dapat dipahami, sesuai dengan usia anak serta daya tangkap dan nalarnya. Sebab berbicara kepada suatu kaum dengan kata-kata yang tidak dapat dipahami akalnya akan menyebabkan mereka enggan menerima kebenaran yang kita sampaikan. Demikian pula halnya anak. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata,

حَدِّثُوا النَّاسَ، بِمَا يَعْرِفُونَ أَتُحِبُّونَ أَنْ يُكَذَّبَ، اللَّهُ وَرَسُولُهُ

“Berbicaralah kepada orang lain dengan apa yang dapat mereka pahami. Apakah kalian suka kalau mereka nanti mendustai Allah dan Rasul-Nya?”. HR. Bukhari.

Bersambung…

@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 10 Jumada Tsaniyah 1439 / 26 Februari 2018


Artikel asli: https://tunasilmu.com/silsilah-fiqih-pendidikan-anak-no108-metode-pembelajaran-anak-di-rumah-bagian-2/